Yang Terhimpit itu Moral BUKAN Ekonominya
Meskipun sudah lama saya mendengarnya, tapi kata-kata itu masih sering saya ingat begitu menyaksikan berita seorang auditor yang diduga kuat melakukan aksi bunuh diri dengan terjun dari lantai yang sangat tinggi.
Sebelum kejadian tersebut, peristiwa serupa juga terjadi pada salah sorang mahasiswa perguruan tinggi sangat favorit di kota Bandung.Sangat memilukan tapi juga sangat “mengherankan” bagi kebanyakan orang di Indonesia.
Salah seorang pendengar radio di kota saya pernah menyatakan pendapatnya bahwa di Indonesia itu Tidak ada itu yang namanya Himpitan Ekonomi yang ada itu kemiskinan Moral , berulang kali saya renungkan kata-kata tersebut dan semakin hari memang saya rasakan kebenarannya.
Seorang auditor adalah sebuah pekerjaan yang sangat prestisius bagi sebagian masyarakat Indonesia, tidak banyak orang yang bisa mengecap pendidikannya.Perlu seleksi ketat dan kemampuan di atas rata-rata disertai nilai akademik yang memadai.
Begitu juga dengan seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi favorit.Untuk masuknya saja harus menguasai ratusan soal matematika, fisika dan kimia.Hanya sedikit orang Indonesia yang “betah” duduk menganalisa soal-soalnya.
Kedua contoh orang yang diduga kuat melakukan bunuh diri tersebut bukanlah orang yang memiliki kemampuan “otak pas-pasan” mereka adalah orang “pilihan” yang secara materi duniawi bisa dibilang cukup meskipun tidak bisa dikatakan “berlebihan”
Tetapi kehidupan membuktikan bahwa untuk “menjalani” hidup ini kemampuan otak encer bukanlah jaminan untuk meraih kebahagiaan.Ari Ginanjar Agustian pernah mengatakan bahwa untuk meraih kesuksesan kita harus menguasai hati sebesar 80% sisanya baru kemampuan.
@GiyatYunianto
081381852400
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda