Kamis, 17 April 2014

Memiliki Presiden Santun Bukan Berarti Negara Bebas Dari Kekerasan

Dengan gaya seolah-olah sedang terzolimi kita masih ingat, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan diera Presiden Megawati bernama Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan surat pengunduran diri karena merasa tidak dihargai sebagai Menteri.
Sebagai mantan Menteri dan mantan Kaster TNI sudah selayaknya beliau mengetahui kondisi rakyat Indonesia yang dinamis serta anarkis jika pemerintahnya lamban menyelesaikan segala macam persoalan yang melilit seluruh sendi kehidupan.
Masih segar didalam pikiran saya ketika dua orang pimpinan KPK Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto dikriminalisasi oleh Kepolisian Republik Indonesia dibawah pimpinan Bambang Hendarso Danuri.Publik geram karena SBY membiarkan tanpa kepastian.
Kemudian kasus pemukulan aktivis ICW Tama Satrya Langkun oleh orang yang tidak dikenal, SBY berjanji akan menuntaskan kasus tersebut dan memerintahkan Kapolri agar kasusnya diusut tuntas.Namun hingga kini belum jelas dan belum terungkap siapa pelakunya.
Dilanjutkan kembali oleh kasus Mesuji dan Bima.Masyarakat pantas dan geram karena sebelum terjadi tindak anarkis dan blokade pelabuhan mereka sudah menolak keberadaan perusahaan tambang dengan baik-baik namun tidak diindahkan oleh bupati setempat.
Masyarakat kembali geram dan marah ketika banyak kasus kecil seperti prita mulyasari, kasus sendal jepit menjadi kasus yang “dibesar-besarkan” tetapi banyak kasus besar seperti rekening gendut kepolisian tidak pernah ditindak lanjuti.
Jangan salahkan demonstran jika menggunakan kekerasan bila berhadapan dengan kepolisian, tetapi salahkanlah pencitraan, kesantunan dan ketidakseriusan para pimpinan dalam menyelesaikan segala macam persoalan.Wallohu A’lam Bishowab.

@GiyatYunianto
081381852400

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda