Kamis, 24 April 2014

Jangan Salahkan Jika Demo Anarkis

Entah berapa trilyun lagi harta negara yang terbuang sia-sia dan masuk kantong para “mafia”.Semua kebijakan dan semua undang-undang yang dibuat hanya permainan belaka.Tak ada yang dilaksanakan dengan sempurna dan ujung-ujungnya hanya membuat rakyat makin sengsara.
Sudah berapa kali kita melihat rapat yang digelar oleh wakil rakyat.Entah itu rapat dengar pendapat, rapat komisi ataupun rapat paripurna.Tak terhitung uang rakyat yang digunakan untuk membiayai rapat sandiwara agar kelihatan “bekerja”.
Kita bisa melihat ketika rapat pansus century, berjam-jam kita dicekoki hiruk pikuk interupsi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Hingga larut malam adu pendapat mengenai keputusan apa yang akan dibuat tetap menggeliat. Tapi sampai detik ini “dalang” kasus century masih “wira wiri”.
Perilaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat memang tak pernah berubah.Saya masih ingat ketika menjelang pengumuman BBM naik, kita semua mendengar dan menyaksikan alasan BBM naik agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tidak “JEBOL”.
Seluruh rakyat Indonesia tahu bahwa yang membuat “jebol” APBN ya para anggota DPR itu sendiri. Kita masih ingat betapa fantastisnya harga ruang banggar di DPR, belum lagi harga toilet di DPR, setelah itu jajanan para anggota DPR yang sudah pasti banyak yang mubadzir.
Pantas saja demo BBM anarkis karena sesungguhnya para anggota Dewan Perwakilan Rakyatlah yang lebih dahulu “mengajarkan” anarkis.Memperjuangkan aspirasi rakyat jelata dan “wong cilik” memang tidak perlu gontok-gontokan atau ngotot agar pendapatnya dalam rapat diterima.
Rakyat akan simpati jika para anggota DPR mampu menghentikan studi banding ke luar negeri dengan dalih apapun. Karena fakta membuktikan bahwa banyaknya studi banding tidak akan menjamin selesainya Undang - undang.
Tidak kalah dengan DPR, Pemerintah pusat juga sama borosnya.Bagaimana mungkin seorang presiden bisa “menyuruh” rakyatnya untuk berhemat sedangkan dia sendiri “borosnya” bukan main. Sehingga wajar jika instruksinya 50% tidak berjalan karena dia sendiri sering melanggar perkataannya.
Rakyat tidak akan kaget mendengar “pidato” presidennya “bocor”. Untuk apa seorang presiden terkejut ketika mendengar pidato di rapat internal partainya sendiri “bocor”. Di”bocor”kan atau tidak rakyat tidak akan mendengar karena mereka sudah tahu “kebobrokan” moral pejabatnya.Wallohu A’lam Bishowab.

@GiyatYunianto
081381852400

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda