Senin, 23 Juni 2014

Mudah Percaya Karena Sedang "Sakit"

Untuk ke sekian kalinya penipuan berkedok koperasi kembali terulang.Tekanan hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kadang membuat akal sehat sebagian masyarakat terabaikan.Sebagian masyarakat sering tertipu dan terbuai oleh iming-iming keuntungan berlipat dalam waktu singkat.

Hal inilah yang dimanfaatkan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dan ingin mengeruk keruntungan yang berlipat dalam tempo cepat.Masyarakat mungkin sedang “sakit” sehingga mudah sekali menanamkan modalnya pada “koperasi” yang tidak jelas.

Keinginan untuk memiliki harta kekayaan yang berlimpah dan pamer pada para tetangga juga merupakan salah satu pemicu mengapa sebagian masyarakat mau menanamkan uangnya pada lembaga koperasi yang belum jelas hasilnya.
Sungguh sangat memprihatinkan mengapa penipuan berkedok koperasi ini selalu berulang setiap tahun.Mengapa masyarakat kita tidak pernah mau belajar dari kejadian sebelumnya.
Pengurus koperasi yang melakukan penipuan dan masyarakat yang menjadi nasabah koperasi tersebut adalah orang - orang yang memiliki niat yang sama dalam menjalankan bisnis tersebut.
Mengapa demikian, karena pengurus koperasi yang melakukan penipuan tersebut juga ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat namun dalam tempo yang sesingkat - singkatnya.
Sudah saatnya pemerintah dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ) bekerja sama menyadarkan masyarakat dan memberikan penyuluhan secara berkesinambungan mengenai koperasi yang benar - benar menyejahterakan anggotanya.
Jika pemerintah dan YLKI tidak gencar atau pro aktif dalam melakukan pengawasan dikhawatirkan di masa yang akan datang akan kembali lagi bermunculan koperasi Langit Biru lainnya yang lebih canggih dalam melakukan penipuan.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah juga berkewajiban melakukan pengawasan pada koperasi - koperasi yang ada di seluruh wilayah Republik Indonesia agar tidak ada lagi koperasi nakal seperti Koperasi Langit Biru.

@GiyatYunianto
081381852400

Selasa, 17 Juni 2014

Harus Cepat Ditindak

Republika, Jum'at 13 Juni 2014
@GiyatYunianto 
081381852400

Jumat, 13 Juni 2014

Kota Ini Bukan Hanya terkotor

Bagi orang yang tinggal di Bekasi sebutan kota terkotor merupakan hal yang biasa saja bahkan mungkin mereka tidak terpengaruh dengan “gelar” tersebut.Banyak warga Bekasi yang memang boleh dikatakan sudah tidak peduli lagi dengan gelar kota Terbersih maupun kota Terkotor.
Sebagai salah satu warga Bekasi saya merasakan sendiri dalam kehidupan sehari - hari.Salah satu contoh yang paling konkret adalah ketika kita mengendarai kendaraan kita di jalan raya maupun di jalan - jalan sekitar kompleks perumahan di Bekasi.
Sangat terasa sekali kesemrawutan maupun kesumpekan.Para pengendara motor khususnya sudah tidak mempedulikan lagi rambu - rambu lalu lintas yang ada di jalan.Lampu merah sebagai tanda berhenti sudah tidak mereka pedulikan.
Tidak ada tenggang rasa dalam berkendara.Saling serobot sudah menjadi hal yang biasa, mengerikan rasanya melihat anak - anak sekolah yang sedang bersepeda.Saya khawatir sekali jika anak - anak tersebut akan terserempet oleh para pengendara yang ugal - ugalan.
Kesemrawutan itu terjadi karena Pemerintah kota Bekasi memang tidak pernah serius dalam menata kotanya.Saya menyesalkan banyaknya mini market yang tumbuh bertebaran di setiap sudut kota.Seharusnya Pemkot harus banyak menyediakan Ruang Terbuka Hijau.
Sebagai daerah penyangga Ibukota pertumbuhan kota Bekasi memang sangat cepat.Hal ini dapat dilihat dengan banyak berdirinya komplek perumahan baru setiap tahun.Dengan demikian pertumbuhan penduduk di kota Bekasi memang sangat cepat di banding kota - kota lain.
Walikota Bekasi Rahmat Efendi seharusnya dapat mencontoh kebijakan Walikota Solo Joko Widodo yang berani melarang berdirinya mini market - mini market baru di kota yang dipimpinnya.Jika kebijakan ini dapat diterapkan di Bekasi Insya ALLOH kemacetan dan kesemrawutan akan berkurang.
Mayoritas warga Bekasi adalah orang - orang yang bekerja di Jakarta sehingga banyak dari mereka adalah pendatang dari luar kota dan bagi mereka Bekasi adalah “tempat tidur” atau tempat “melepas rasa lelah” setelah seharian bergelut dengan kemacetan dan pekerjaan.
Saya juga menyoroti rendahnya mental aparat pemerintah kota Bekasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.Hal ini dapat saya rasakan ketika saya berkunjung ke kantor - kantor pemerintahan kota Bekasi.Semoga Bekasi dapat naik tingkat menjadi Kota “Sedikit Bersih” di kemudian hari.Aamiin.

081381852400

Jumat, 06 Juni 2014

Jika Senpi Mudah Didapati

Maraknya perampokan dengan menggunakan senjata api tidak terlepas dari kemudahan untuk memperolehnya.Tidak dapat kita bayangkan jika senjata api dapat diperoleh semudah kita mendapatkan mainan.
Jika senpi saja sudah mudah didapati sudah dapat dipastikan nyawa manusia sudah tidak berharga lagi karena para pelaku perampokan dapat dengan mudah melarikan diri dan melindungi diri dengan senjata api.
Tidak bisa kita pungkiri dan dapat dengan mudah kita pahami jika aparat TNI dan Kepolisian saja sering kecolongan terhadap para anggotanya yang menyalahgunakan senjata dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Memang untuk memperoleh senjata api dibutuhkan izin dari pihak kepolisian seperti kita ingin mendapatkan SIM.Ada tes keterampilan dalam menggunakan senjata api dan disertai pula dengan tes psikologi.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam memperoleh SIM juga ada yang dinamakan dengan sistem “Tembak” yaitu jika kita ingin memperolehnya dengan membayar sejumlah uang yang sudah disepakati maka dengan mudah SIM tersebut dapat diperoleh tanpa melalui ujian yang sudah ditentukan.
Saya belum pernah dan tidak terpikir untuk memiliki senjata api apalagi ingin mengurus perizinannya.Tetapi dengan maraknya senjata api yang beredar bukan tidak mungkin sistem “Tembak” dalam mengurus perizinan kepemilikan senjata api juga terjadi.
Jika hal tersebut benar - benar terjadi berarti semakin hari perampokan ataupun penodongan dengan menggunakan senjata api sudah pasti akan semakin meningkat dan itu artinya harga nyawa seorang manusia semakin teramat “murah”.
Belum lama ini kita mendengar kejadian yang begitu memilukan ketika dua orang satpam IPB tewas ditembak dengan menggunakan senjata api saat memergoki dua orang pelaku yang diduga hendak mencuri motor di halaman parkir Masjid Al-Hurriyah IPB
Semoga kejadian tersebut merupakan kejadian terakhir di negeri ini.Kepada para anggota kepolisian dan aparat TNI semoga lebih sigap dalam melakukan razia senjata api agar tidak ada lagi korban yang berguguran dengan sia - sia.

081381852400

Rabu, 04 Juni 2014

Memang Harus Dipangkas

Republika, Jum'at 30 Mei 2014
@GiyatYunianto
081381852400