Minggu, 27 April 2014

Buang Kepentingan Pribadi

Republika, Jum'at 25 April 2014
@GiyatYunianto
081381852400

Jumat, 25 April 2014

Buat Mereka Yang Penting Bisa Terangkut

Salah satu moda transportasi favorit di Indonesia terutama di pulau jawa adalah kereta api.Banyaknya pengguna jasa kereta api ini dikarenakan kecepatannya dalam berjalan dan murahnya tiket.
Pemerintah wajib memerhatikan kereta api, karena banyak digunakan oleh kalangan menengah ke bawah terutama kereta api kelas ekonomi.Utamanya masyarakat di Jabodetabek yang sangat tinggi mobilitasnya.
Bagi pengguna Kereta Rel Listrik Jabodetabek sudah sangat memaklumi jika pagi hari ketika hendak bekerja akan berdesakan dengan sesama penumpang lainnya.Begitu juga ketika hendak pulang bekerja di sore hari.
Tak ada pilihan lain bagi warga yang tinggal di pinggiran Ibukota seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi,kereta api adalah satu - satunya transportasi yang mewakili dan sangat cocok dengan “kantong” mereka.
Jika ingin berangkat kerja dengan menggunakan bus pasti akan terkena macet di jalan belum lagi jika banjir menerjang di jalan protokol Jakarta sudah dapat dipastikan kemacetan akan semakin parah.
Penduduk Jakarta dan sekitarnya adalah orang - orang yang sangat menghargai waktu.Oleh karena itu kereta apilah moda tranportasi yang cocok karena jadwal keberangkatannya sudah dapat di lihat jauh - jauh hari.
Ditengah padatnya penduduk Jakarta dan sekitarnya, tidak etis rasanya jika PT.Kereta Api Indonesia memberlakukan pembatasan tiket kereta.Saya yakin akan sangat banyak pengguna jasa kereta api yang tidak terangkut.
Jika sampai ada masyarakat yang tidak terangkut sudah pasti akan timbul gejolak sosial dan masalah baru di masyarakat seperti yang terjadi di Rangkas Bitung.Masyarakat yang tidak terangkut menyandera kereta api dengan menghadangnya di Rel.
Sebaiknya pemerintah atau P.T. KAI menambah kereta yang ada atau memperbanyak jadwal pemberangkatan agar para penumpang atau masyarakat pengguna jasa kereta api dapat merasa nyaman dan tepat waktu jika bepergian atau mencari nafkah.

@GiyatYunianto
081381852400

Pembatasan itu Penting !!!

Bagi Penduduk Jakarta dan sekitarnya kemacetan bukanlah hal yang luar biasa.Kemacetan merupakan sebuah rutinitas dan harus dihadapi jika ingin menjadi warga Jakarta.Warga Jakarta sepertinya sudah pasrah dengan kondisi macet.
Setiap jalan di Jakarta sudah dapat dipastikan macet setiap hari kerja tiba, tak terkecuali dengan jalan tol yang harusnya bebas hambatan dan kita sendiripun telah membayarnya bila kita akan melintasinya.
Apa yang terjadi pada jalan tol di Ibukota Jakarta merupakan imbas dari derasnya urbanisasi yang menimpa pada Jakarta dan wilayah di sekitarnya.Buruknya tata ruang kota juga menambah kusutnya jalan di Ibukota.
Meningkatnya jumlah pengendara mobil pribadi tidak seimbang dengan ketersediaan jalan yang memadai.Pemerintah harus dengan tegas membatasi jumlah mobil pribadi yang masuk ke jalan tol di ibukota.
Jika pemerintah tidak melakukan pembatasan terhadap mobil pribadi yang melintasi jalan tol di ibukota.Sudah dapat dipastikan jalan tol di Jakarta akan macet total dan bukan tidak mungkin akan terjadi kelumpuhan.
Selain membatasi mobil pribadi yang melintas, petugas di pintu loket tol juga harus siaga pada saat jam berangkat dan pulang kerja warga ibukota.Jangan sampai ada loket yang kosong ketika jam sibuk.
Jangan sampai Menteri Negara Urusan BUMN Dahlan Iskan mengamuk kembali karena mendapati adanya kekosongan petugas jaga pintu loket tol di saat jam berangkat dan pulang kerja.
Selain membatasi jumlah kendaraan yang masuk tol kemudian selalu menyiagakan petugas di pintu loket tol, pemerintah juga bisa menaikkan tarif tol bagi pengguna mobil pribadi.
Hal ini penting karena dengan menaikkan tarif tol pengguna mobil pribadi akan malas menggunakan mobilnya dan akan beralih ke moda transportasi umum seperti kereta, trans Jakarta dan lain sebagainya

@GiyatYunianto
081381852400


Cermin Pemerintahan yang "Rusak"

Indonesia merupakan negara yang amat kaya,baik itu Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusianya.Kita banyak memiliki tenaga ahli di bidang manapun termasuk ahli dalam memperbaiki jalan.
Pemerintah harus memiliki itikad yang kuat jika ingin memperbaiki jalan yang rusak.Kesungguhan pemerintah sangat dibutuhkan jika ingin menyejahterakan rakyat dan membangun ekonomi kerakyatan yang kuat.
Jika pemerintah membiarkan jalan yang rusak terlalu lama.Itu berarti pemerintah telah menodai amanah yang diberikan oleh rakyat.Dan menodai amanah rakyat sama artinya dengan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan.
Sedih rasanya jika kita melewati atau melalui jalan yang rusak padahal kita semua telah taat membayar pajak.Kita semua pasti bertanya - tanya untuk apa dana pajak yang telah kita bayarkan.
Memperbaiki jalan bukanlah hal yang sulit. Yang paling sulit adalah memperbaiki mental korup para pejabat pemerintah kita.Jika mental tersebut dibiarkan tidak menutup kemungkinan jalan yang rusak akan semakin meluas.
Jalan yang rusak adalah cermin dari pemerintahan yang “rusak”.Baik rusak dalam manajemen kerja maupun rusak dalam mental dan akhlak.Kepekaan pemimpin dalam merasakan penderitaan rakyat mutlak diperlukan.
Kita pasti bertanya - tanya apakah para pejabat pemerintah yang telah kita pilih dalam pilkada tidak tahu kalau kerusakan jalan yang teramat parah dapat mengancam keselamatan jiwa rakyat yang telah memilihnya.
Berdasarkan pengalaman yang saya alami biasanya menjelang pilkada jalan yang rusak diperbaiki.Tapi beberapa waktu kemudian biasanya jalan tersebut sudah mengalami kerusakan kembali.
Kepada para pejabat pemerintah yang terkait hendaknya jika ingin memperbaiki jalan yang rusak dihitunglah dengan cermat bahan - bahan material yang dibutuhkan agar jalan tersebut tidak “asal jadi” tapi bermanfaat hingga anak cucu kita kelak.
Memperbaiki jalan yang rusak merupakan amal jariah yang akan mengalirkan pahala bagi orang - orang yang memperbaikinya.Oleh karena itu kerjakanlah dengan ikhlas dan sungguh – sungguh serta bertanggung jawab.Wallohu A’lam Bi showab.

@GiyatYunianto
081381852400

Kamis, 24 April 2014

Jangan Salahkan Jika Demo Anarkis

Entah berapa trilyun lagi harta negara yang terbuang sia-sia dan masuk kantong para “mafia”.Semua kebijakan dan semua undang-undang yang dibuat hanya permainan belaka.Tak ada yang dilaksanakan dengan sempurna dan ujung-ujungnya hanya membuat rakyat makin sengsara.
Sudah berapa kali kita melihat rapat yang digelar oleh wakil rakyat.Entah itu rapat dengar pendapat, rapat komisi ataupun rapat paripurna.Tak terhitung uang rakyat yang digunakan untuk membiayai rapat sandiwara agar kelihatan “bekerja”.
Kita bisa melihat ketika rapat pansus century, berjam-jam kita dicekoki hiruk pikuk interupsi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Hingga larut malam adu pendapat mengenai keputusan apa yang akan dibuat tetap menggeliat. Tapi sampai detik ini “dalang” kasus century masih “wira wiri”.
Perilaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat memang tak pernah berubah.Saya masih ingat ketika menjelang pengumuman BBM naik, kita semua mendengar dan menyaksikan alasan BBM naik agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tidak “JEBOL”.
Seluruh rakyat Indonesia tahu bahwa yang membuat “jebol” APBN ya para anggota DPR itu sendiri. Kita masih ingat betapa fantastisnya harga ruang banggar di DPR, belum lagi harga toilet di DPR, setelah itu jajanan para anggota DPR yang sudah pasti banyak yang mubadzir.
Pantas saja demo BBM anarkis karena sesungguhnya para anggota Dewan Perwakilan Rakyatlah yang lebih dahulu “mengajarkan” anarkis.Memperjuangkan aspirasi rakyat jelata dan “wong cilik” memang tidak perlu gontok-gontokan atau ngotot agar pendapatnya dalam rapat diterima.
Rakyat akan simpati jika para anggota DPR mampu menghentikan studi banding ke luar negeri dengan dalih apapun. Karena fakta membuktikan bahwa banyaknya studi banding tidak akan menjamin selesainya Undang - undang.
Tidak kalah dengan DPR, Pemerintah pusat juga sama borosnya.Bagaimana mungkin seorang presiden bisa “menyuruh” rakyatnya untuk berhemat sedangkan dia sendiri “borosnya” bukan main. Sehingga wajar jika instruksinya 50% tidak berjalan karena dia sendiri sering melanggar perkataannya.
Rakyat tidak akan kaget mendengar “pidato” presidennya “bocor”. Untuk apa seorang presiden terkejut ketika mendengar pidato di rapat internal partainya sendiri “bocor”. Di”bocor”kan atau tidak rakyat tidak akan mendengar karena mereka sudah tahu “kebobrokan” moral pejabatnya.Wallohu A’lam Bishowab.

@GiyatYunianto
081381852400

Kamis, 17 April 2014

Memiliki Presiden Santun Bukan Berarti Negara Bebas Dari Kekerasan

Dengan gaya seolah-olah sedang terzolimi kita masih ingat, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan diera Presiden Megawati bernama Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan surat pengunduran diri karena merasa tidak dihargai sebagai Menteri.
Sebagai mantan Menteri dan mantan Kaster TNI sudah selayaknya beliau mengetahui kondisi rakyat Indonesia yang dinamis serta anarkis jika pemerintahnya lamban menyelesaikan segala macam persoalan yang melilit seluruh sendi kehidupan.
Masih segar didalam pikiran saya ketika dua orang pimpinan KPK Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto dikriminalisasi oleh Kepolisian Republik Indonesia dibawah pimpinan Bambang Hendarso Danuri.Publik geram karena SBY membiarkan tanpa kepastian.
Kemudian kasus pemukulan aktivis ICW Tama Satrya Langkun oleh orang yang tidak dikenal, SBY berjanji akan menuntaskan kasus tersebut dan memerintahkan Kapolri agar kasusnya diusut tuntas.Namun hingga kini belum jelas dan belum terungkap siapa pelakunya.
Dilanjutkan kembali oleh kasus Mesuji dan Bima.Masyarakat pantas dan geram karena sebelum terjadi tindak anarkis dan blokade pelabuhan mereka sudah menolak keberadaan perusahaan tambang dengan baik-baik namun tidak diindahkan oleh bupati setempat.
Masyarakat kembali geram dan marah ketika banyak kasus kecil seperti prita mulyasari, kasus sendal jepit menjadi kasus yang “dibesar-besarkan” tetapi banyak kasus besar seperti rekening gendut kepolisian tidak pernah ditindak lanjuti.
Jangan salahkan demonstran jika menggunakan kekerasan bila berhadapan dengan kepolisian, tetapi salahkanlah pencitraan, kesantunan dan ketidakseriusan para pimpinan dalam menyelesaikan segala macam persoalan.Wallohu A’lam Bishowab.

@GiyatYunianto
081381852400

Kamis, 10 April 2014

Insya ALLOH akan ada Banyak "MENARA"

Untuk membangun dan mendirikan sebuah menara yang kokoh dan tinggi menjulang memang tidak cukup dengan “Man Jadda Wa Jada” saja.Karena kesungguhan juga harus disertai dengan kesabaran dan ketelitian agar “menara” yang didirikan tidak hanya sekedar berdiri.
Kisah persahabatan yang dijalin oleh 6 orang remaja tersebut mengajarkan kita bahwa kesuksesan “tidak hanya” milik orang Jakarta saja.Orang dari luar Jakartapun berhak untuk berhasil meskipun keterbatasan sarana dan prasarana sering menjadi kendala.
Sering kali saya mendengar omongan-omongan yang kurang mengenakkan dari beberapa orang jika mendengar kata “pesantren”.Ada yang menganggap remeh terutama setelah maraknya terorisme di beberapa daerah.
Dengan adanya Novel dan Film “Negeri 5 Menara” ini telah membuktikan pada masyarakat utamanya yang tinggal di kota besar seperti Jakarta bahwa “pesantren” bukan “hanya” mencetak “Kyai dan Ustadz” saja tapi juga dapat mencetak novelis besar seperti Ahmad Fuadi dan teman-temannya.
“Negeri 5 Menara” juga mengingatkan dan menyadarkan kita bahwa seharusnya pemerintah lebih memerhatikan “menara-menara” yang ada di daerah.Karena terbukti Alif dan sahabatnya tidak satupun yang berasal dari “Jakarta”.
Kita juga disadarkan dan diingatkan bahwa untuk mencetak orang-orang besar tidak harus melalui sekolah-sekolah yang mahal.”Pesantren” telah membuktikan bahwa pendidikan murah juga dapat mencetak insan-insan yang handal.
Dan yang terakhir “Negeri 5 Menara” telah memberikan nasihat bahwa apa yang telah dicapai oleh Alif adalah berkat do’a kedua orang tuanya.Kita tidak dapat membayangkan seandainya Alif tidak ta’at pada Ibunya.Mungkin tidak akan ada “Negeri 5 Menara”.Wallohu A’lam Bishowab

@GiyatYunianto
081381852400

Rabu, 09 April 2014

Kalah Dulu Baru Intropeksi

Kekalahan dan kemenangan memang sudah biasa dalam sebuah pertandingan sepak bola. Tapi, kalo setiap pertandingan kalah terus ya itu bukan hal yang biasa lagi.Itulah “Hikmah” yang dapat kita petik dari kesemrawutan sepak bola negeri ini.
Kekalahan telak 10 - 0 memang menjadi perhatian seluruh masyarakat. Tak terkecuali Presiden, semua orang sudah tahulah yang akan disampaikan oleh presidennya.Pasti bilangnya”Saya prihatin dan menyesal atas kekalahan yang diderita oleh Timnas, mudah-mudahan kekalahan ini menjadi yang terakhir dan Saya minta agar para pengurus Instropeksi”.
Sebelum mengalami kekalahan telak 10 - 0 republik ini memang sudah sering mengalami “kekalahan” dalam  berbagai hal, Hanya satu hal saja mengalami “kemenangan” .Apalagi kalo bukan korupsi yang semakin mengalami peningkatan dari hari ke hari.
Dan yang membuat saya tidak habis pikir kenapa presiden meminta PSSI untuk instropeksi???.Seharusnya beliau juga melakukan “Instropeksi” terhadap kinerja dan janji-janjinya selama ini.Jangan-jangan Menteri Pemuda dan Olahraganya yang salah beliau pilih???.
Partai presiden sendiri aja carut marut begitu…kok bisa-bisanya meminta PSSI untuk instropeksi. Sebagai Ketua Dewan Pembina Partai seharusnya beliau memberi contoh kepada kadernya agar melakukan instropeksi internal terlebih dahulu.
Seluruh masyarakat pasti tahu kalo kader partai presiden bicara di televisi pasti membela habis-habisan presidennya, tapi pada kenyataannya semakin hari semakin terlihat pula kedustaan yang mereka tunjukkan.Semua terjadi karena kepemimpinan yang tidak tegas.
Insya ALLOH jika kita memiliki pemimpin yang dapat memegang perkataannya dan punya keberanian dalam mengambil keputusan, bukan tidak mungkin semua kekalahan dan kegagalan akan terlampaui.WallohuA’lam Bishowab.

@GiyatYunianto
081381852400

Selasa, 08 April 2014

Yang Terhimpit itu Moral BUKAN Ekonominya

Meskipun sudah lama saya mendengarnya, tapi kata-kata itu masih sering saya ingat begitu menyaksikan berita seorang auditor yang diduga kuat melakukan aksi bunuh diri dengan terjun dari lantai yang sangat tinggi.
Sebelum kejadian tersebut, peristiwa serupa juga terjadi pada salah sorang mahasiswa perguruan tinggi sangat favorit di kota Bandung.Sangat memilukan tapi juga sangat “mengherankan” bagi kebanyakan orang di Indonesia.
Salah seorang pendengar radio di kota saya pernah menyatakan pendapatnya bahwa di Indonesia itu Tidak ada itu yang namanya Himpitan Ekonomi yang ada itu kemiskinan Moral , berulang kali saya renungkan kata-kata tersebut dan semakin hari memang saya rasakan kebenarannya.
Seorang auditor adalah sebuah pekerjaan yang sangat prestisius bagi sebagian masyarakat Indonesia, tidak banyak orang yang bisa mengecap pendidikannya.Perlu seleksi ketat dan kemampuan di atas rata-rata disertai nilai akademik yang memadai.
Begitu juga dengan seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi favorit.Untuk masuknya saja harus menguasai ratusan soal matematika, fisika dan kimia.Hanya sedikit orang Indonesia yang “betah” duduk menganalisa soal-soalnya.
Kedua contoh orang yang diduga kuat melakukan bunuh diri tersebut bukanlah orang yang memiliki kemampuan “otak pas-pasan” mereka adalah orang “pilihan” yang secara materi duniawi bisa dibilang cukup meskipun tidak bisa dikatakan “berlebihan”
Tetapi kehidupan membuktikan bahwa untuk “menjalani” hidup ini kemampuan otak encer bukanlah jaminan untuk meraih kebahagiaan.Ari Ginanjar Agustian pernah mengatakan bahwa untuk meraih kesuksesan kita harus menguasai hati sebesar 80% sisanya baru kemampuan.

@GiyatYunianto
081381852400

Sabtu, 05 April 2014

Gak Sebanding dengan Jajannya

Setiap mendengar hal-hal yang menyangkut DPR pasti yang terlintas di pikiran kita adalah uang miliaran yang bersliweran, saya gak ngerti kenapa hal - hal yang biasa di pikiran kita bisa menjadi “luar biasa” bila sudah berada di “tangan” DPR.
Mulai dari WC, lapangan futsal hingga hal-hal yang remeh seperti jajanan rapat, padahal jika saya perhatikan jarang banget anggota DPR yang menghabiskan jajannya ketika rapat.Tapi mengapa harus dianggarkan 12 Miliar untuk sebuah jajanan yang jarang dihabiskan.
Saya pernah mengobrol dengan seorang kuli bangunan yang bisa dibilang sudah “profesional” karena selalu menjadi langganan bila ada orang yang sedang membangun atau merenovasi rumah. Dia mempunyai seorang anak yang sudah duduk dibangku SMA.
Dia mengatakan pada saya jika setiap hari selalu memberi uang saku untuk anaknya sebesar Rp.25.000, saya sedikit percaya gak percaya, masak sih seorang kuli bangunan mampu memberi jajan atau uang saku untuk anaknya yang menurut saya relatif besar untuk seorang anak SMA.
Mudah-mudahan anak tersebut mampu menggunakan uang jajan yang “besar” tersebut dengan sebaik-baiknya dan tidak menghambur-hamburkannya untuk sesuatu yang tidak perlu serta mampu memberikan prestasi yang membanggakan bagi kedua orang tuanya.
Begitu juga dengan para anggota DPR yang sudah pasti semuanya minimal bergelar Sarjana dan mampu berpikir panjang. Semoga mereka tidak menghambur-hamburkan uang jajan yang diberikan oleh rakyatnya untuk sesuatu yang tidak perlu dan tidak masuk akal.
Semoga hati para anggota DPR tersebut diberikan hidayah oleh ALLOH SWT sehingga tidak main-main dalam membuat anggaran.Kapan ya Indonesia punya wakil rakyat yang berkualitas ??? yang tidak hanya memikirkan perut dirinya tapi juga perut rakyatnya….WallohuA’lam bi showab…..

@GiyatYunianto
081381852400

Ke"Istiqomahan"nya Luar Biasa

Berulangkali namanya disebut-sebut terkait dugaan korupsi, bahkan kini statusnya telah menjadi tersangka.Tapi ketenangan dan kecerdasannya benar-benar membuat orang berdecak kagum.angelina sondakh memang salah satu wanita indonesia yang “luar biasa”.
Dalam wawancara di sebuah stasiun televisi swasta pun, Hotman paris hutapea mengakui bahwa selama 30 tahun beliau menjadi pengacara baru sekali ini menjumpai seorang saksi sekaligus tersangka yang sedemikian tenangnya.Indonesia patut “berbangga” karenanya.
Meskipun fakta-fakta persidangan telah dengan jelas dan terang benderang mengungkap keterlibatannya namun dengan “istiqomah” angie tetap membantah.Saya tak habis pikir dan mengerti bahwa seorang lulusan S2 bahkan sekarang sedang mengambil program S3 tidak mengerti BAP yang dia tanda tangan.
Angie memang bukan wanita biasa dan sembarangan, hal ini terbukti dengan statusnya sebagai tersangka dia masih dipercaya sebagai anggota komisi tiga,meskipun akhirnya dibatalkan.Mudah-mudahan dengan dipindahnya angie ke komisi yang membidangi agama angie bisa mendapat hidayah.AAmiin.
Tak terbayang memang betapa malunya Bintang Iklan Anti Korupsi Partai Demokrat malah menjadi contoh korupsi itu sendiri.Memang budaya mengundurkan diri belum membudaya dalam negeri ini.Meskipun banyak saksi yang mengetahui.
Semoga dengan adanya kasus angie kita makin sadar bahwa jika memilih anggota DPR itu jangan hanya cantik dan cerdas tapi juga bermoral. Kalo perlu jika yang beragama Islam dites dulu tingkat hafalan qur’annya.Insya ALLOH jika hafalannya semakin banyak akan semakin terjaga dari tindakan tercela.
Semoga dengan statusnya sebagai tersangka angelina sondakh dapat mengurangi kebohongannya sedikit demi sedikit.

@GiyatYunianto
081381852400

Jumat, 04 April 2014

Dengan Dipaksa Insya ALLOH akan Menerima

Mendidik anak yang  tangguh bisa dimulai dari makanan yang akan kita hidangkan pada saat anak itu makan.Karena setelah saya pelajari dan memperhatikan selama kurang lebih tujuh tahun bekerja pada sekolah dasar swasta beda banget antara siswa yang doyan makan dengan apa adanya dengan siswa yang banyak permintaan menu makanan.
Didalam rumah pun bisa kita mulai kebiasaan menyantap makanan yang sehat namun tidak mahal.Hal ini untuk melatih siswa atau anak agar terbiasa dalam kondisi apapun juga. Sebisa mungkin seorang anak harus dipaksa untuk suka makan sayuran dan buah-buahan.
Saya merasakan sendiri ketika saya masih kecil selalu dipaksa untuk makan apa adanya dan jangan banyak membuang makanan, karena sejak kecil seorang anak harus dilatih rasa empatinya terhadap makanan, kita harus katakan bahwa diluar sana masih banyak manusia yang kesulitan makan tiga kali sehari.
Hendaknya rasa syukur itu harus terus diasah pada anak kita agar dikemudian hari ketika mereka remaja dan pisah dari orang tua anak tersebut menjadi anak yang tangguh dan  selalu mempunyai sifat mensyukuri bukan mengasah sifat cengeng dan rakus.
Kriteria enak  bagi setiap manusia memang beragam begitu juga dengan kriteria cukup bagi setiap orang selalu berbeda. Namun rasa syukurlah yang dapat mencukupi semuanya dan mengenakkan segalanya, karena dengan rasa syukur akan muncul ketangguhan dan kreativitas yang hakiki karena lahir dari nurani sejati.
Tidak mudah memang mendidik anak yang  hidup di kota besar dengan parameter uang dan kemewahan di sekelilingnya, Namun dengan ketegasan dan kesungguhan serta keistiqomahan orang tua insya ALLOH akan muncul anak-anak yang tangguh, bersyukur dan terampil di masa depan.
Kita semua harus menanamkan pada diri anak tersebut bahwa lebih baik kita susah sekarang daripada susah nanti. Karena jika kita selalu menuruti apa kemauan anak maka anak tersebut akan terus menjadi manja, cengeng dan mudah menyerah pada keadaan.

@GiyatYunianto
081381852400

Rabu, 02 April 2014

Sayang Tak Digunakan....

Hidup di pinggiran kota besar memang susah-susah gampang,gampangnya kalo pas pengen butuh barang carinya gak perlu jauh-jauh karena banyak warung yang deket dan jam bukanyapun bisa sampai 24 jam.kalo susahnya ya paling kalo pas ingin olahraga bola sepak susah cari lapangan karena semakin tahun selalu semakin berkurang.
Meskipun sekarang sudah banyak bertebaran lapangan futsal tetapi lapangan bola yang ada rumputnya tetap diperlukan.Sejak SMP biasanya saya suka bermain bola sepak bersama temen-temen dekat rumah. Bukan sebuah klub besar sih, tapi lumayanlah buat olahraga dan “rekreasi” serta menambah sedikit keterampilan menggocek bola.
Lapangan bola tersebut kami sewa seharga Rp.75.000 sebulan, cukup murah untuk orang-orang yang tinggal di pinggiran kota besar seperti Jakarta. Sayangnya saat ini lapangan tersebut tidak digunakan lagi, ya mungkin sebagian besar teman - teman saya lebih memilih lapangan futsal, karena lebih bersih dan bebas dari becek.
Sungguh sangat disayangkan karena lapangan sebesar itu jadi mubazir, mudah-mudahan lapangan tersebut tidak menjadi perumahan, supermaket ataupun mall karena apabila hal itu terjadi sudah bisa dipastikan kemacetan dan kebanjiran tidak dapat dielakkan lagi.Semoga seluruh masyarakat dapat menggunakan dengan maksimal sehingga para pengembang yang tidak peduli lingkungan tidak jadi membuat bangunan di lapangan tersebut.

@GiyatYunianto
081381852400

Bersyukurlah Afriyani Susanti

Tak banyak “pembunuh” yang “seberuntung” afriyani, Setelah semalaman pesta…siang harinya “menghilangkan nyawa”.Seandainya afiyani susanti seorang lelaki pasti sudah habis diamuk massa atau bahkan yang lebih dahsyat lagi dibakar .
Musibah memang tak bisa dikira-kira, seandainya waktu dapat berputar tidak akan ada orang yang menyesal,Seandainya para korban tahu “keganasan” afriyani mungkin tidak ada anak-anak dan remaja yang main futsal.
Sekali lagi afriyani susanti dirimu memang “sungguh beruntung” karena ancaman hukumanmu hanya 6 tahun, setara dengan maling sendal jepit. Maling sendal jepit saja harus mengalami penganiayaan terlebih dahulu sangat jauh berbeda dengan “maling” 9 nyawa.
Semoga tragedi tugu tani menjadi pembelajaran bagi semua, bahwa Musibah dan kematian datangnya sewaktu-waktu dan manusia hidup itu penuh dengan cobaan dan fitnah.Ketika dalam keadaan senang bersiaplah karena insya ALLOH dihadapan kita cobaan sudah menanti.Namun ketika cobaan datang bersiaplah karena pertolongan ALLOH itu dekat.  Wallohu A’lam bi Showab…………..

@GiyatYunianto
081381852400

Selasa, 01 April 2014

Mereka "Luar Biasa"

Bangun Sebelum Jam 4 pagi biasanya sudah biasa dilakukan oleh orang yang kerja di Jakarta.Meskipun tidak kerja di Jakarta tapi jalan di depan rumah saya sudah ramai sejak pukul empat fajar.Takut terlambat atau takut kena macet biasanya alasan yang dikemukakan oleh orang-orang yang kerja di Jakarta.
Yang naik kereta pun juga sama, pasti ingin tepat dengan jadwal kereta yang lebih pagi, biasanya sih jam setengah lima atau jam lima pagi sudah harus berangkat menuju stasiun,karena saya waktu kuliah dulu juga naik kereta dan bapak sayapun sekarang masih menjadi pengguna kereta api.
Naik bis juga tidak kalah serunya harus berlari mengejar bis yang lebih pagi dan ingin mendapatkan tempat duduk yang enak.Berdesak-desakan dan bergelantungan memang hal yang wajar bagi para pengguna KRL Jabodetabek dan pengguna bis antar kota menuju Jakarta.
Oleh Karena itu orang yang kerja di Jakarta adalah orang yang mempunyai fisik yang kuat, karena harus menghadapi situasi yang paling pahit seperti banjir, demonstrasi, angkutan yang mogok dan kemacetan yang sangat parah.
Selain fisik yang kuat orang yang kerja di Jakarta juga harus punya mental dan kemampuan menahan emosi yang sangat kuat karena kesabaran mereka menghadapi kemacetan ketika berangkat dan pulang kerja memang harus diuji.Benar-benar “luar biasa”.
Belum lagi jika menghadapi copet, maling, jambret dan lain sebangsanya.Bagi pengendara sepeda motor juga tidak kalah “luar biasanya” mereka harus menghadapi ranjau paku yang beredar di setiap penjuru ibukota.Saya salut dan sangat apresiasi dengan mereka yang bekerja di Jakarta.
Karena mereka “berani mengorbankan” waktunya yang cukup “berlimpah” di jalan ibukota.Bayangkan saja berapa jam waktu yang telah “dikorbankan” dalam sehari jika menghadapi kemacetan yang mengular.Jujur saja saya tidak sanggup jika berhadapan dengan situasi Jakarta dan saya menaruh rasa hormat dan apresiasi yang mendalam kepada orang-orang yang bekerja di Jakarta.Mereka adalah orang yang kuat dan “Luar Biasa”.

@GiyatYunianto
081381852400