Selasa, 29 Mei 2012

Orang yang Tidak Bisa “Berhitung” itu “Sakit”

Kalimat yang sedikit “menyakitkan” bagi orang yang tidak suka atau benci matematika.Kata-kata tersebut memang bukan dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat terkait, tapi dilontarkan oleh Ibu Siti Fauzanah,seorang guru matematika dari  Temanggung, Jawa Tengah.
Bagi sebagian orang matematika memang bukanlah pelajaran yang menyenangkan apalagi favorit dan memang ada benarnya bahwa untuk sekedar bisa hidup tidak perlu pandai matematika, tapi untuk menjalani kehidupan ini semuanya butuh perhitungan.
Ibu Siti Fauzanah mengingatkan kita bahwa untuk menjalani hidup kita diberi banyak pilihan.Dan setiap pilihan itu membutuhkan perhitungan.Kalo pilihan kita tepat dan perhitungan kita matang,Insya ALLOH hasilnyapun akurat dan tidak mengecewakan.
Namun sebaliknya jika pilihan kita salah sudah barang tentu hasilnya menyedihkan dan menyakitkan.Negara kita memang memiliki banyak ahli “Hitung”, mulai dari ekonomi hingga pakar tsunami namun sedikit sekali yang mau “menghitung” dengan hati nurani.
Negara kita memang bukan negara miskin, banyak kekayaan alam yang belum tergali terpendam didalamnya.Negara kita juga bukan negara yang bodoh, banyak para “ahli” di negeri ini dan negara kita adalah salah satu negara yang lumayan sering juara olimpiade sains, fisika dan matematika.
Tapi negara kita adalah negara yang “sakit” karena banyak pejabatnya yang tidak bisa “matematika”,karena sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa saat ini banyak pemimpin kita yang tidak bisa “berhitung”.Mereka salah menghitung apa yang sesungguhnya terjadi di masyarakat.
Banyaknya kebijakan dan keputusan yang merugikan rakyat di negeri ini adalah bukti bahwa pejabat yang mengelola negeri ini tidak becus “matematika”.Mudah-mudahan Ibu Siti Fauzanah bersedia mengajarkan “matematika” kepada para bupati, walikota atau bahkan presiden agar mereka dapat “menghitung” kebijakannya dengan tepat, baik dan benar. Wallohu A’lam Bi Showab…….

Rabu, 23 Mei 2012

Olivia Dewi “Lebih Baik” dari Afriyani Susanti

Kecelakaan lalu lintas memang tidak dapat diduga dan tidak dapat ditolak bila sudah terjadi oleh siapapun termasuk oleh supir sendiri.Semua orang pasti berharap untuk keselamatan dan ingin cepat sampai tujuan, karena “ingin cepat” sampai itulah keselamatan sering di belakangkan.
Apa yang terjadi pada Olivia Dewi memang berbeda dengan Afriyani Susanti, tapi kedua-duanya sama-sama mengendarai mobil dengan kecepatan 80-90 km/Jam, tapi keduanya memiliki beberapa perbedaan sehingga meskipun sama-sama mengalami kecelakaan tapi “hasil”nya berbeda.
Yang pertama kecelakaan yang menimpa olivia terjadi pada dini hari, sudah barang tentu jalanan dan trotoar pasti lengang, berbeda dengan kejadian yang menimpa afriyani yaitu terjadi kurang lebih pukul sebelas siang, ketika lalu lintas sedang ramai lancar dan orang-orang sedang lalu lalang.
Yang kedua meskipun belum keluar hasil tes urinnya, diduga kuat Olivia mengendarai dalam keadaan sadar dan ini berbeda dengan afriyani yang mengendarai mobil dengan mengonsumsi sabu,sudah pasti mobil akan oleng dan lepas kendali.
Yang ketiga akibat “kelalaiannya” afriyani “membunuh” 13 orang, sedangkan olivia dewi hanya seorang diri.Ini adalah salah satu contoh mengapa Olivia Dewi “lebih baik” dari afriyani susanti.Meskipun “baru” berumur 17 tahun ternyata Olivia lebih dewasa dari afriyani yang berumur 29 tahun.
Yang keempat Olivia tidak “menyusahkan” orang tuanya untuk meminta maaf ataupun memberi santunan kepada para korban, hal ini sangat berbeda dengan afriyani yang harus merepotkan keluarganya untuk meminta maaf kepada para korban jiwa yang berjumlah 13 orang.
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak, tapi sebagai manusia yang percaya kepada ALLOH SWT, hendaklah kita memperhitungkan segala perbuatan yang kita buat apakah akan bermanfaat atau malah merugikan orang banyak. Wallohu A’lam bi Showab….

Senin, 21 Mei 2012

“Alhamdulillah”… Cuma 2-0…..

Sudah ke sekian kalinya negara Republik Indonesia masuk ke putaran Final dalam berbagai ajang bergengsi di Asia Tenggara.Memang negara kita sudah selayaknya selalu masuk final karena memiliki penduduk terbanyak di Asia Tenggara dan memang mempunyai pemain-pemain berskill dunia.
Sudah sering saya perhatikan bahwa bangsa kita memang terlalu mudah untuk berpuas diri menjelang pertandingan final di berbagai ajang.Saya masih ingat ketika menjelang final piala AFF tahun lalu, semua pemain diboyong ke sebuah pesantren untuk melakukan do’a bersama para kyai dan santri-santri.
Padahal dari raut wajah mereka terlihat sekali keletihan dan ketidaknyamanan.Para pemain dielu-elukan sepertinya para santri dan kyai sudah yakin do’a mereka akan dikabulkan dan pasti menjadi juara menjelang keberangkatan mereka ke Malaysia.
Tetapi apa yang terjadi kemudian, kita semua tahu timnas kita kalah 3 - 0 dan sebagian pemain menyalahkan sinar laser yang mengganggu penglihatan mereka.Kalau di Malaysia menyalahkan sinar laser seharusnya ketika bermain di GBK para pemain juga mampu mengalahkan Malaysia 3 - 0.
Dan situasi serupa pun terjadi pada Final SEA Games ketika timnas kita kembali menghadapi Malaysia, masyarakat Indonesia kembali larut dalam keyakinan dapat mengalahkan Malaysia dan dapat membalaskan dendam piala AFF di Jakarta.
Akhirnya timnas kita “menunjukkan keistiqomahannya” sebagai Tim spesialis Runner Up.Hendaknya kita malu dan mau belajar dari Brunei yang meskipun memiliki peringkat FIFA jauh di bawah kita tapi memiliki kedisiplinan dan mental juara.
Sudah saatnya kita menghindari cara-cara instant dalam menggapai juara, haruskah kita mendapat sanksi FIFA dulu baru menjadi juara atau terus menerus memelihara konflik antar pengurus kemudian “konsisten” untuk selalu menjadi Runner Up.WallahuA’lam bi showab….

Sabtu, 19 Mei 2012

Dan seorang (oknum) polisi pun mengikuti “jejak”nya (afriyani)…..

Kurang lebih 40 hari sudah tragedi tugu tani yang memilukan itu berlalu.Semua masyarakat pasti berharap agar kejadian tersebut merupakan kecelakaan maut yang terakhir.Kecelakaan maut yang diawali dengan “kesenangan” sesaat.
Pengaruh miras memang “luar biasa”, tak peduli polisi ataupun orang biasa kalo sudah kecanduan pasti ketagihan dan sudah pasti akal sehat jadi urusan belakangan.Hal ini bisa dibuktikan dengan kecelakaan yang terjadi di Ciamis.
Seorang polisi yang seharusnya menjadi pengayom dan panutan di masyarakat dalam mengendarai kendaraan malah berperilaku ugal-ugalan.Dua orang pengendara motor pun harus menerima kenyataan untuk menjadi korban.
Saya tidak habis pikir kenapa bisa kecelakaan tersebut terjadi, Apakah si polisi tersebut sudah bosan dengan seragamnya, sudah bosan dengan gajinya,  sudah bosan dengan pimpinannya atau sedang menghadapi persoalan keluarga ???
Kita pasti tahu kalo untuk menjadi polisi itu melalui seleksi yang sangat ketat, mulai dari tinggi badan, kesehatan, kejiwaannya sampai kepada nilai-nilai akademis calon polisi.Tapi kita tidak dapat memeriksa “NIAT” si calon anggota polisi tersebut. Karena hanya ALLOH dan dirinya yang tahu.
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan diawali dengan NIAT”.Kalo niatnya salah ya setiap perbuatannya pasti merugikan orang lain.Kalo niatnya ikhlas karena ALLOH, Insya ALLOH setiap pekerjaan yang dilakukan akan bermanfaat dan menjadi berkah.
Mudah-mudahan para petinggi Polri dapat mengubah pembinaan yang dilakukan. Bukan hanya menghimbau atau menebar pencitraan dengan “polisi ganteng”nya. Tapi juga melalui pengawasan yang ketat dan berkesinambungan. WallohuA’lamBishowab.

Jumat, 18 Mei 2012

Beginilah Jadinya Kalo punya Presiden yang Gemar dengan Kata “Prihatin”

Kurang lebih delapan tahun sudah negara ini dipimpin oleh presiden yang berlatar belakang militer.Kecepatan dan ketegasan dalam bertindak bila mengetahui ada sesuatu masalah adalah yang terlintas dalam benak saya bila mendengar kata “militer”.
Sukarno adalah salah satu presiden yang memiliki suara lantang bila berpidato, Banyak orang yang menantikan pidato beliau.Sukarno bukan presiden yang berlatar belakang militer tapi mampu bertindak tegas dan cepat bak seorang prajurit.
Mantan presiden Habibie juga bukan pensiunan Jenderal tapi cara berpikirnya selalu cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan tidak berlarut-larut dalam mencari solusi. Tapi sayangnya hanya kurang lebih dua tahun beliau memimpin.
Begitu juga Gus Dur meskipun banyak pro kontra dengan kepemimpinannya tapi melihat gayanya yang senang humor serta ceplas ceplos dan blak-blakan bila ditanya wartawan serta terkenal tanpa kompromi membuat kita senang dan tidak jenuh bila mendengar pidatonya.
Lain halnya dengan presiden kita sekarang meskipun beliau merupakan Alumni Akademi Militer Magelang tapi jauh dari kesan “Tegas” dan “cepat” dalam bertindak.Tidak heran bila kekerasan, unjuk rasa, kecelakaan dan bencana merajalela.
Bosan rasanya jika mendengar pembicaraannya terhadap suatu peristiwa. Semua pasti bisa menebak perkataan yang sering beliau ucapkan yaitu “Saya prihatin atas terjadinya……” atau “Kita serahkan semua pada prosedur dan aturan hukum yang berlaku”.
Mudah-mudahan pada tahun 2014 mendatang akan muncul presiden yang tegas dan cepat dalam menjawab dan bertindak.Semoga tidak ada lagi tanya jawab yang disetting, korupsi yang menggurita dan Insya ALLOH tidak lama lagi rakyat Indonesia akan menemukannya.

Kamis, 17 Mei 2012

“Kata-kata” Jaksa Itu Masih Terngiang di Telingaku…..

“Seorang Ilmuwan itu boleh salah tapi tidak boleh bohong”, perkataan seorang jaksa pada saat memperingatkan Angelina Sondakh tersebut memang cukup sederhana dan sangat “mengena” pada saat sidang pengadilan tindak pidana korupsi wisma atlet.
Sejak kecil orang tua, guru dan orang terdekat kita memang sering memperingatkan agar jangan sekali-kali berbohong.Tetapi seiring pergaulan, lingkungan dan situasi yang sering bertentangan dengan nurani kita lama kelamaan bohong itu menjadi hal yang biasa.
Bahkan kadang - kadang dalam keseharian kita cenderung memilih “bohong” ketimbang “salah”. Hal ini terjadi akibat kita biasanya tidak ingin dipermalukan di depan umum atau khalayak sehingga biasanya kita cenderung menghindari kesalahan dengan melakukan kebohongan.
Korupsi yang terjadi di negara kita awalnya adalah sebuah kebohongan yang dibiarkan terjadi secara terus menerus.Saya tidak mengerti mengapa orang - orang yang bergelar Sarjana, Master dan Doktor banyak yang terkena kasus korupsi.
Padahal dari segi keilmuan dan tingkat kecerdasan seharusnya mereka adalah orang-orang yang bersih dan berpikir panjang sebelum melakukan tindak kejahatan.Hal ini terjadi karena pendidikan kita memang lebih mementingkan otak ketimbang watak.
Biasanya orang tua kita sering memarahi anak-anaknya ketika berbuat kesalahan.Entah itu dengan cara membentak, menjewer bahkan memukul.Mungkinkah karena kita takut dibentak, dijewer atau dipukul kita akhirnya memilih berbohong ketimbang mengakui kesalahan ?????
Sulit sekali memang mencari orang- orang yang dengan gagah berani mengakui kesalahan.Karena mungkin ketakutan akan kehilangan pekerjaan dan jabatan atau memang sudah terlanjur kebiasaan melindungi berbagai macam kepentingan. Wallohu A’lam bishowab…..

Rabu, 16 Mei 2012

Indonesia Air Force One Memang “Luar Biasa”

Republik Indonesia memang “luar biasa”. Banyak keanehan dan hal-hal ganjil di negeri ini.Mulai dari kasus sandal jepit hingga kasus 6,7 triliun ada di sini. Mulai dari demo buruh sampai antrian gadget murah juga ada.Termasuk juga sekolah -sekolah rusak yang bertebaran dari sabang sampai merauke.
Tidak bisa saya pungkiri negeri ini memang nyaman untuk dihuni, mulai dari koruptor kelas kakap sampai kelas teri pasti betah disini.Karena kenyamanan itulah banyak yang tidak bisa kita sadari dan tidak bisa kita hindari kecelakaan- kecelakaan yang terus terjadi.
Sudah beberapa kali tersiar sekolah, jalan dan jembatan yang rusak tapi mengapa indonesia air force one yang didahulukan, mungkin harga diri presiden lebih utama dibanding harga diri rakyat kebanyakan. Itulah “luar biasa”nya Indonesia air force one.
Ternyata derita anak-anak indiana jones di lebak banten belum mampu menghentikan pembelian Indonesia air force one .Sulit dibayangkan ternyata uang miliaran hanya di hambur-hamburkan untuk satu pesawat kepresidenan.
Mudah-mudahan pemerintahan ini adalah pemerintahan yang terakhir. Karena hanya menunjukkan kemudhorotan dan ketidakberdayaan berkepanjangan. Semoga kita semua terhindar dari perbuatan yang sia-sia lagi menyakitkan…Aamiin…

Semoga Ada e-KTP Keliling (seperti SIM Keliling)…

Hari Rabu Tanggal 8 Februari 2012 saya mendapatkan undangan pembuatan e-ktp dari RW tempat saya tinggal, saya mendapatkan jadwal pembuatan e-ktp pada hari sabtu tanggal 11 februari 2012, orang tua saya bilang kalo bisa jam 5 pagi harus sudah di taruh undangannya.
Kantor kecamatan tempat saya tinggal memang satu-satunya tempat untuk membuat e-ktp, ya namanya juga tinggal di pinggiran ibukota, sudah barang tentu terjadi penumpukan manusia yang sangat luar biasa.setelah jam 5 pagi tadi saya menaruh undangan, Jam 8 pagi saya balik lagi untuk ambil nomor antrean.
“Alhamdulillah” Tak disangka dan tak diduga ternyata  saya mendapatkan nomor 430.Luar biasa antusiasme warga di kecamatan tempat saya tinggal ternyata mereka memang benar-benar ingin menjadi warga negara yang patuh dan taat pada program pemerintah yang sah.
Seharusnya ketaatan warga harus diimbangi dengan sistem yang memadai dan kemudahan yang menyenangkan. Setelah mendapatkan nomor antrian ke-430, “Alhamdulillah” kurang lebih pukul 2 siang saya mendapatkan giliran untuk sesi pemotretan, sidik jari, periksa mata dan tanda tangan.
Seandainya saja petugas dari pemerintah mau turun ke RW-RW yang ada di bawahnya insya ALLOH tidak akan ada penumpukan manusia yang begitu menyesakkan.Apalagi jika pemerintah mau mengikuti jejak kepolisian dengan menggunakan mobil e-ktp keliling.Mudah-mudahan ini yang terakhir………………
Selamat menikmati proses pembuatan e-ktp.Sabar adalah salah satu kunci sukses keberhasilan pembuatan e-ktp.

Senin, 14 Mei 2012

Seandainya Presidenku Ahmadinejad

Sudah lama memang saya menonton rekaman video pernikahan putra Presiden Iran Ahmadinejad, begitu sederhana sekali “pesta”nya atau bahkan mungkin lebih tepat disebut dengan “syukuran” yang hanya menyajikan buah-buahan dan kue bagi para “tamu undangannya”.
Presiden yang begitu di”takuti” dan begitu “menyusahkan” negara amerika serikat tapi dalam kesehariannya tidak banyak “menyusahkan” negara yang dipimpinnya.Tidak banyak pengawalan yang berlebihan pada saat beliau “menggelar pesta pernikahan” putranya.
Tidak ada satupun jalur jalan yang ditutup dan tidak ada metal detector bagi para tamunya.Suaranya lantang ketika berpidato dan beliau benar-benar membuktikan apa yang diucapkannya.Tidak ada pencitraan-pencitraan yang beliau lakukan, beda banget sama presiden saya.
Nasionalisme yang ada pada diri Mahmud Ahmadinejad adalah nasionalisme sejati yang tidak hanya beliau katakan di bibir saja, tapi juga dibuktikan dengan tindakan nyata.Tidak takut pada amerika walaupun embargo di depan mata.Semua dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa tekanan.
Seandainya presidenku Ahmadinejad pasti negara ini akan bebas dari hutang berkepanjangan.Tak akan ada lagi jembatan “indiana jones” apalagi gayus dan nunun nurbaeti.Karena apa yang dilakukan Mahmud Ahmadinejad adalah murni menyejahterakan rakyat dan negaranya bukan kelompok dan partainya.Mahmud Ahmadinejad….Aku salut padamu…….

Jumat, 11 Mei 2012

Maaf Mas…..

Terakhir kali saya melakukannya kira-kira 4 tahun lalu atau sekitar bulan April tahun 2008.Ringan rasanya kalo sudah mendonorkan darah, badan terasa enteng dan hatipun terasa luas, Sebenarnya saya ingin mendonorkan darah lagi, tapi trauma akibat kesalahan yang mungkin bisa dibilang kecil juga bisa dibilang besar yang dilakukan oleh petugas donor darah waktu itu.
Seperti biasanya sebelum melakukan donor saya diperiksa dulu tensi darahnya kalo sudah memenuhi syarat baru bisa didonorkan.Kalo tidak salah saat donor darah yang ke enam atau ke tujuh, petugas donor memeriksa lengan kiri saya untuk diambil darahnya.Saat jarum pertama menusuk saya sudah mengerang menahan rasa sakit. Beda banget waktu saya mendonorkan darah sebelumnya lengan saya tidak terasa sakit.
Biasanya sehabis mendonorkan darah saya diberikan semangkuk mie dan segelas teh manis hangat.Keinisginan untuk donor darah memang masih terngiang terus dalam ingatan saya, tapi meskipun sudah empat tahun berlalu rasa sakit di pergelangan tangan kiri saya setelah mendonorkan darah terakhir masih terasa sampai sekarang.
Sehabis mendonorkan darah biasanya kita diberikan kartu donor.Di kartu tersebut petugas akan mencatat kapan kita donor darah dan kapan pula kita harus mendonorkan kembali darah kita.Saya berharap semoga rasa sakit yang ada pada pergelangan kiri saya cepat pulih,sehingga saya dapat donor kembali.Mudah-mudahan hal ini hanya terjadi pada diri saya saja dan saya berharap agar petugas donor darah lebih teliti jika memeriksa para pendonor agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.

Waspadalah Ketika Sedang Sholat

Peristiwa ini terjadi pada bulan Mei tahun 2011,kalo tidak salah hari rabu tanggal 11.Dan saat itu kelas 6 SD sedang mengadakan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional atau yang lebih sering disingkat dengan UASBN.Seperti biasanya menjelang sholat ashar sekitar jam tiga kurang seperempat saya menuju masjid dekat sekolah untuk melaksanakan sholat sunnah dan tilawah.
Di dalam ruangan masih ada rekan kerja saya dan di sebelah ruangan saya masih ada kepala sekolah.Tidak ada firasat yang atau perasaan tidak enak saat itu, ketika azan berkumandang  kepala sekolah dan rekan saya segera bergegas menuju masjid untuk sholat berjama’ah namun mereka lupa untuk mengunci ruangannya.
Sebelum masuk ke dalam ruang kerja saya ada sebuah rolling door yang biasanya dikunci menjelang sholat tiba.Tetapi saat kejadian saya sudah menuju masjid  duluan.Tidak disangka dan tidak diduga ternyata pencuri itu lebih cepat dari yang saya duga.2 unit laptop lenyap saat saya sedang sholat ashar.
Musibah memang datang tanpa pemberitahuan,Laptopnya sih tidak seberapa tapi isinya yang luar biasa karena menyangkut arsip dan dokumentasi sekolah.Mudah-mudahan kejadian ini menjadi yang terakhir dan tidak terulang lagi, oleh karena itu Waspadalah!!!Waspadalah!!!ketika hendak dan sedang SHOLAT……….

Kamis, 10 Mei 2012

Berat rasanya menjadi “Guru” Kembali

Kebanyakan guru yang mengabdi di Sekolah Negeri pasti menginginkan untuk menjadi Kepala Sekolah di kemudian harinya.Suatu hal yang lumrah dan wajar karena setiap orang yang bekerja pasti berusaha untuk mencapai jenjang karier yang lebih tinggi.
Namun alangkah kagetnya dan mungkin tidak percaya bila jabatan kepala sekolah yang disandangnya akan dilepas tanpa ada suatu kesalahan atau masalah yang diperbuat. Karena jabatan kepala sekolah bagi sebagian orang merupakan jabatan yang prestisius.Hal inilah yang saat terjadi di kota Bekasi.
Ketika seseorang sudah bertahun-tahun menjabat sebagai kepala sekolah sudah bisa dipastikan banyak materi pelajaran yang dulunya dikuasai ketika menjadi guru akan berkurang,karena ketika menjabat sebagai kepala sekolah hanya berkutat pada hal-hal yang bersifat administratif.
Tetapi bagaimanapun juga semua itu sudah menjadi program dari pemerintah kota Bekasi.Memang butuh jiwa yang besar untuk menjalankannya.Semoga mereka yang telah menjadi guru kembali diberikan keteguhan hati untuk mengabdi.

Selasa, 08 Mei 2012

Kenangan ketika “berkunjung” ke Yayasan Mitra Netra

Meskipun sudah sekitar 2 tahun lalu saya “mengunjungi” Yayasan Mitra Netra namun hikmahnya masih terngiang sampai sekarang.Yayasan Mitra Netra adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan Tuna Netra.Yayasan ini terletak di Jalan Gunung Balong II,No.58 Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Saya lupa tanggal berapa dan bulan apa saya “berkunjung”, sebenarnya bukan berkunjung sih…Tapi karena ada panggilan kerja dari Yayasan tersebut.Waktu itu saya melamar sebagai Staf Administrasinya,di usia saya yang sudah berumur diatas 26 tahun saya berpikir bahwa sayalah yang paling tua diantara pelamar lain.Ternyata malah sebaliknya.
Tetapi setelah 2 tahun berlalu hikmah dari kunjungan tersebut masih terngiang sampai sekarang.Karena sampai saat ini saya masih BERSYUKUR masih diberi penglihatan meskipun masih menggunakan kacamata minus 3.Berbagai macam penyebab kebutaan telah saya tanyakan kepada mereka, ada yang karena benturan, penyakit dan bahkan buta sejak lahir.Oleh Karena itu bersyukurlah kita yang masih diberi penglihatan oleh ALLOH SWT.
Gunakanlah penglihatan tersebut dengan baik dan jangan pergunakan untuk melihat hal yang tidak bermanfaat.mudah-mudahan kita termasuk hambanya yang bersyukur. Karena keBAHAGIAan hanya dapat diperoleh dengan berSYUKUR. Semoga Bermanfaat     

Senin, 07 Mei 2012

Memang Beda Antara Elit dan Sederhana

Sudah setahun saya tinggal di sebuah komplek perumahan yang masih terbilang baru di sebuah kota di pinggiran Ibukota.Sebelumnya saya pernah tinggal di komplek perumahan yang terbilang cukup elit tak jauh dari komplek perumahan tempat saya tinggal sekarang kira-kira dua kilometerlah.
Memang beda tinggal di perumahan yang elit dengan perumahan yang saya huni sekarang,kalo yang pertama ada satpamnya, tidak sembarang orang boleh memasukinya.Setiap orang yang baru masuk pasti dimintai KTP oleh sang satpam.Tetapi kalo perumahan yang saya huni sekarang tidak ada satpamnya sehingga orang bebas lalu lalang melewatinya.sudah barang tentu kebisingan terjadi setiap saat.
Iuran bulanannya pun beda.yang elit lima puluh ribu rupiah setiap bulan.Tapi kalo yang sekarang hanya tujuh belas ribu rupiah.Dan yang lebih saya senangi lagi tidak ada Jadwal Ronda dan kerja bakti. Ingin rasanya kembali menjadi orang kaya lagi.Semoga cepat  menjadi Kenyataan.

Minggu, 06 Mei 2012

Aku”Bersyukur” Tidak Bekerja di Jakarta

Sejak masih kuliah dulu saya sudah bertekad, berdo’a dan berusaha agar setelah saya selesai nanti saya tidak bekerja di Jakarta. Banyak hal yang saya tidak suka dengan kota Jakarta. Salah satunya yang saya tidak suka dan setiap orang pasti tidak suka adalah kemacetannya yang luar biasa.Ketika masih kuliah dulu saya selalu menggunakan moda transportasi kereta api.Setiap penggunanya pasti tahu kelebihan dan kekurangannya.Dan yang pasti adalah harus tepat waktu karena jika terlambat maka kita harus menunggu pemberangkatan selanjutnya.sebel memang, tapi itulah kenyataan…Naik motor juga sama saja, apalagi kalo sudah melewati Jalan Kalimalang pasti capek, sebel, kesel dan pusing akan menjadi penyakit rutin setiap hari. Tidak terasa memang waktu kita ternyata habis di Jalan.Belum lagi jika hujan datang pasti berlipat-lipat deh penyakitnya.Memang apa yang saya peroleh sekarang masih jauh dari memuaskan tapi saya bersyukur waktu yang saya miliki tidak habis di perjalanan.Semoga kita semua selalu diberi limpahan rizki dan kesehatan yang memadai.